Jadi pertentangan-pertentangan sosial dalam masyarakat seperti perbedaan kepentingan, prasangka, diskriminasi, etnosentrisme serta integrasi sosial harus bisa dihindari dan bisa diselesaikan permasalahannya dan dicari solusi apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar tidak terjadi konflik dan perbedaan antara masyarakat sekitar.
0% found this document useful 0 votes481 views8 pagesDescriptiontentang pemahaman pertentanganCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes481 views8 pagesMakalah PertentanganJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Dalammakalah ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut tentang perbedaan kepentingan, prasangka dan diskriminasi, Ethnosentrisme dan stereotype, konflik dalam masyarakat, serta integrasi masyarakat dan nasional. Maka dari itu makalah ini cocok dibaca oleh kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang cinta terhadap persatuan dan kesatuan BAB I PENDAHULUAN Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang terjadi di dalam masyarakat? 2. Mengapa permasalahan itu terjadi? C. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat. 2. Mengetahui yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul. BAB II PEMBAHASAN Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya.[1] Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dan kebutuhan sosial atau psikologis. Oleh karena itu individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain 1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang. 2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri. 3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama. 4. Kepentingan individu untuk memperoleh potensi dan posisi. 5. Kepentingan individu untuk membutuhkan orang lain. 6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya. 7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. 8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.[2] Permasalahan utama yang jelas tampak dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan Tujuan Sosial dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya. Disinilah tercermin adanya perbedaan kepentingan dalam kerangka tinjauan politik. B. Prasangka, Diskriminasi dan Ethnosentrisme 1. Prasangka dan Diskriminasi Prasangka dan Diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat.[3] Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminasi adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminasi pada tindakan. Dengan demikian diskriminasi merupakan tindakan yang realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. 2. Sebab-Sebab Terjadinya Prasangka dan Diskriminasi a. Dilatarbelakangi Oleh Perkembangan Sosiokultural dan Situasional Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok sosial tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi pemutusan hubungan kerja PHK oleh pimpinan perusahaan terhadap karyawannya. b. Bersumber dari Faktor Kepribadian Para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih dominan disebabkan oleh kepribadian orang-orang tertentu. Tipe authoritarian personality adalah sebagai ciri-ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka. c. Berlatar Belakang dari Perbedaan Keyakinan, Kepercayaan dan Agama Dalam hal ini bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan ideologi. Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai prasangka yang bersifat universal. 3. Usaha Mengurangi / Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi 1. Perbaikan kondisi Sosial Ekonomi 2. Perluasan kesempatan belajar 3. Sikap terbuka dan sikap lapang 4. Ethnosentrisme Ethnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik dan digunakan tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan budaya lain. C. Pertentangan-Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat Konflik pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang bisa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai pada lingkup yang lebih luas yaitu masyarakat. Para penulis seperti Berstein, Coser, Tollet dan Ryland ; Memandang konflik sebagai sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai kegunaan fungsional dan konstrukftif. Konflik mempunyai potensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia. Di dalam proses-proses pembuatan keputusan terletak metode-metode pengadilan konflik yang dapat digunakan terhadap semua atau setiap konflik Wilson an Ryland, 1969. Adapun cara-cara pemecahan konflik-konflik tersebut adalah sebagai berikut 1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri. 2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. 3. Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama 5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah Half way. 6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.[4] Setelah perang dunia ke II selesai, sejumlah negara di Asia mendapat peluang menyatakan kemerdekaannya, seperti India, Burma, Muangthai, Malaysia dan Indonesia. Pada umumnya negara-negara tersebut dijajah oleh negara-negara barat dengan waktu yang sangat lama. Negara Indonesia sebagai bagian dari negara di Asia tenggara menghadapi beberapa masalah atau problema, setelah mencapai kemerdekaan pada tahun 1945. Pada dasarnya problema yang dihadapi oleh negara Indonesia meliputi Seakan-akan merupakan patokan, bahwa negara modern harus menggunakan sistem pemerintahan model barat walaupun UUD 1945 memakai sistem pemerintahan dari barat sebagai modelnya, akan tetapi pernyataan kepribadian bangsa dalam segala aspek nampak jelas semangat UUD 1945 disingkirkan, sementara kelompok yang menginginkan sistem liberalisme mencapai kemenangan tetapi pada juli 1959 dengan dekrit presiden, UUD 1945 diberlakukan kembali. 2. Problema Ideologi Bangsa Sebagai alternatif Indonesia lebih menekankan pencarian ideologi bangsa pada akar budaya bangsa. Pancasila yang digali dari kebudayaan sendiri dapat diterima sebagai idelologi bangsa. 3. Problema Kedaerahan dan Minoritas Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan berpuluh-puluh suku bangsa. Merupakan masalah tersendiri dalam alam kemerdekaan. Minoritas di Indonesia yaitu suku asing keturunan cina, arab dan eropa ternyata merupakan masalah, terutama dalam kehidupan ekonomi dan sosial. D. Golongan-Golongan Yang Berbeda dan Integrasi Nasional 1. Masyarakat Majemuk dan Nasion Indonesia Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk, yaitu suatu masyarakat negara yang terdiri dari beberapa suku bangsa/golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional, yaitu berwujud negara indonesia. 2. Integrasi Penduduk Indonesia yang menempati wilayah yang luas ini bukan hanya terikat oleh satu sistem kebudayaan, tetapi banyak sistem kebudayaan. Berikut adalah sistem yang berlaku di Indonesia a. Sistem Kebudayaan Daerah b. Sistem Kebudayaan Agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha c. Sistem Kebudayaan Nasional d. Sistem Kebudayaan Asing seperti Cina, Arab dan Eropa Keempat sistem diatas merupakan unsur dari kebudayaan nasional. Karena itu harus memperjelas dalam hubungan antara a. Kebudayaan atau Kekuatan nasional dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah b. Kebudayaan suku-suku bangsa/daerah dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah lain Variabel-variabel lain yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi yaitu a. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya d. Prasangka dan Ethnosentrisme Integrasi sosial integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsesus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. E. Integrasi Nasional Integrasi Nasional adalah merupakan masalah yang dialami oleh semua negara atau nation yang ada di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. 1. Beberapa Permasalahan Integrasi Nasional Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional ini adalah adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi nasional ini pada prinsipnya bersumber pada perbedaan ideologi. Permasalahan yang kedua yaitu permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri dari berbagai kelompok etnis lain diantara penduduk pribumi maupun keturunan asing. Menurut Harsya Bachtiar, kelompok etnis atau suku-suku bangsa yang ada di daerah merupakan nation-nation pribumi yang telah terbentuk lama sebelum nation Indonesia diproklamasikan. Mereka memilih ciri-ciri sendiri yang merupakan ciri-ciri suatu nation. Permasalahan ketiga adalah masalah teritorial daerah yang sering kali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia yang berbentuk negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua samudera. Kondisi ini akan lebih mempererat rasa solidaritas kelompok etnis tertentu. Permasalahan keempat ditinjau dari kehidupan dan pertumbuhan partai politik. Permasalahan politik di Indonesia berpengaruh pula dalam mencapai integrasi nasional. Charles Lear’s Taylor dan Michael C. Hudson mencatat beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu terjadinya demonstrasi, kerusuhan, meningkatnya angka kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat reguler. 2. Upaya Pendekatan Di samping perbedaan golongan itu sendiri mempunyai potensi untuk menuju ke arah integrasi dengan sistem silang menyilang. Usaha-usaha yang dilaksanakan untuk memperkecil dan menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain a. Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. b. Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga negara dan pendidikan formal lainnya. 3. Integrasi Nasional dalam Perspektif Disamping itu berpedoman pada teori Walter T. Martin yang telah dikemukakan terdahulu bahwa perbedaan golongan mempunyai dua kemungkinan yang sama besar untuk menjadi konflik disintegrasi atau integrasi, maka kemungkinan integrasi nasional menjadi masalah, sama besar dengan tercapainya integrasi. Namun demikian integrasi nasional sebagai salah satu cita-cita nasional maupun cita-cita negara akan dapat terwujud atau paling tidak menekan kemungkinan permasalahan potensi masyarakat untuk mendukung agar berintegrasi sendiri secara alamiah dengan sistem Cross cutting affiliation. BAB III PENUTUP Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan-permasalahan, diantaranya 1. Perbedaan Kepentingan yang terdapat dalam diri individu ada 2, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis. 2. Prasangka dan Diskriminasi prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. 3. Sebab-sebab terjadinya prasangka dan diskriminasi a. Dilatarbelakangi Oleh Perkembangan Sosiokultural dan Situasional b. Bersumber dari Faktor Kepribadian c. Berlatar Belakang dari Perbedaan Keyakinan, Kepercayaan dan Agama 4. Ethnosentrisme adalah kebudayaan darinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya. Usaha Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi diantaranya 1. Perbaikan kondisi Sosial Ekonomi 2. Perluasan kesempatan belajar 3. Sikap terbuka dan sikap lapang B. Saran Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu melihat konflik maupun pertentangan-pertentangan yang bersumber dari perbedaan secara logis dan realistis, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada perpecahan dalam berbangsa. Semoga makalah yang sederhana ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta Rineka Cipta, 2009. Bachtiar, Harsya W. Masalah Integrasi Nasional di Indonesia. Jakarta Prisma LP3ES, No. 8, Agustus 1976. M. Munandar, Soelaiman, Ilmu Sosial Dasar. Nasikun. Sistem Pelapisan Sosial Indonesia. Jakarta Rajawali, 1984 Wahyu MS., Wawasan Ilmu Sosial Dasar. [1]Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Drs. Wahyu MS., hal. 149. [3]Ilmu Sosial Dasar, Dr. M. Munandar, Soelaiman, hal. 293. [4]Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Drs. Wahyu MS., hal. 162.
BABI PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT I. PERBEDAAN KEPENTINGAN Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima.
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR ISBD PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT Tugas ini dibuat Untuk memenuhi Tugas Ilmu Sosial Budaya dasar ISBD Yang dibina Oleh Ibu,Emilda Marta, Disusun Oleh BERRI ANAM UNIVERSITAS ISLAM MADURA UIM FAKULTAS TEKNIK SISTEM INFORMASI 2012 KATA PENGANTAR Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat” ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ISBD. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut tentang perbedaan kepentingan, prasangka dan diskriminasi, Ethnosentrisme dan stereotype, konflik dalam masyarakat, serta integrasi masyarakat dan nasional. Maka dari itu makalah ini cocok dibaca oleh kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang cinta terhadap persatuan dan kesatuan sebagai warga negara Indonesia. Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu saya sangat berharap dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin
. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang terjadi di dalam masyarakat? 2. Mengapa permasalahan itu terjadi? 3. Apa yang bisa mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai? C. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat. 2. Mengetahui yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul. 3. Masyarakat bisa menghindari terjadinya permasalahan. BAB II PEMBAHASAN A. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat Hidup bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas, toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita masyarakat pertentang sosial menurut saya adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu lingkungan masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang tidak menyukai kelompok lain, sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Banyak sekali pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti contohnya perak Irak yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia contohnya GAM Gerakan Aceh Merdeka, yang terjadi di Papua. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial Rasa Iri antara individu,negara, dan masyarakat 2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan 3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya Integrasi Masyarakat Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus kesepakatan di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental mendasar Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial cross-cutting affiliation. Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda cross-cutting loyalities dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial A. Faktor Internal kesadaran diri sebagai makhluk sosial tuntutan kebutuhan jiwa dan semangat gotong royong B. Faktor External tuntutan perkembangan zaman persamaan kebudayaan terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama persaman visi, misi, dan tujuan sikap toleransi adanya kosensus nilai adanya tantangan dari luar B. Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara lain 1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang. 2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri. 3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama. 4. Kepentingan individu untuk memperoleh potensi dan posisi. 5. Kepentingan individu untuk membutuhkan orang lain. 6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya. 7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. 8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri C. Prasangka dan Diskriminasi Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui hubungan pribadi dan akan menjalar bahkan melembaga turun-temurun. Jadi prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi. Dalam konteks realitas, prasangka diartikan “Suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan, pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi. Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota sendiri dengan anggota kelompok luar. Sebab-sebab terjadinya prasangka 1. Pendekatan Historis Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah 2. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional a. Mobilitas sosial gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya. b. Konflik antara kelompok prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing. c. Stagma perkantoran ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok tertentu. d. Sosialisasi prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa. 3. Pendekatan Kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif. 4. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. 5. Pendekatan Naïve Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu yang berprasangka. Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah dan dibarengi proses simplifikasi terlalu menyederhanakan terhadap suatu realita. Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar. D. Etnhosentrisme Stereotype Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap ini dianggap bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya. Stereotype yaitu gambaran dan ajakan ejek. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subyektif E. Konflik dalam Masyarakat Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat 1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau emosi-emosi dan dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang. 2. Pada taraf kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam diri individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai, norma serta minat untuk menjadi anggota kelompok. 3. Pada taraf masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma kelompok lain. Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan konflik sebagai berikut 1. Elimination Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik. 2. Subjugation atau Domination Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. 3. Majority Rule Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority Consent Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama. 5. Compromise Kompromi Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. 6. Integration Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama. Kesatupaduan di dalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat kelompok. F. Integrasi Masyarakat dan Nasional Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik. Dalam memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal integrasi nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistemss 1. Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. 2. Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang. 3. Sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola keindonesiaan. 4. Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras. Untuk mengurangi prasangka ke-4 sistem itu harus dibina, dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan permasalahan, di antaranya 1. Perbedaan Kepentingan ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis. 2. Prasangka dan Diskriminatif prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. 3. Ethnosentrisme dan StereotypeEthnosentrisme kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya. 4. Stereotype gambaran dan anggapan jelek. 5. Konflik dalam kelompok Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya. Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian 1. Integrasi Masyarakat adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat. 2. Integrasi Nasional organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. B. Saran Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu melihat konflik maupun pertentangan-pertentangan yang bersumber dari perbedaan secara logis dan realistis, sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada perpecahan dalam berbangsa. Semoga makalah yang sederhana ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
PertentanganSosial Pertentangan sosial adalah suatu konflik yang timbul akibat adanya faktor-faktor sosial. pertentangan sosial merupaka salah satu akibat dari penyimpangan norma yang ada di masyarakat dan pertentangan ini dapat terjadi di kehidupan bermasyarakat, contohnya seperti tawuran antara pelajar, peperangan antar suku dan juga kekerasan dalam rumah tangga. NAMA MUHAMAD JAYA NPM 14118340 KELAS 1KA06 Pertentangan sosial merupakan suatu konflik terjadi di karenakan perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Pertentangan sosial dapat terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial, antara lain Rasa iri antara satu sama lain. Adanya rasa tidak puas dengan perlakuan atau tindakan yang diterima dan diberikan olehorang lain. Adanya adu domba diantara masyarakat, kelompok, politik, agama, suku serta budaya. Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Dapat dikatakan pula integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan bermasyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi ini sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapai berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus kesepakatan di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental mendasar Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial cross-cutting affiliation. Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda cross-cutting loyalities dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Bentuk integrasi sosial, antara lain Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri budaya asli. Akulturasi, yaitu penerimaan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli. 1..Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri. Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalah pahaman. Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju. Fase dis-integrasi ini memiliki tahapan Menurut Walter W. Martin dkk Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai. Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati. Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain. Sanksi sudah menjadi lemah. Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok. 2..Prasangka diskriminasi dan ethosentris Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untu menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Paa diri setiap anggota terkandugn makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab paa setiap sikap tindak baik megnarah kepada yang hang positif maupun negative. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi. Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. 3..Pertentangan sosial ketegangan dalam masyarakat Konflik pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik. Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan- kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan lain. Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama. Compromise, artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat majemuk itu di persatukan oleh sistim nasional negara indonesia. Aspek-aspek kemasyarakatan yang mempersatukannya antara lain Suku bangsa dan kebudayaannya Agama Bahasa Nasion Indonesia Masalah besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang lainnya. masyarakat” yang ada di indonesia mereka tetap hidup berdampingan pada kemajemukannya, berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi Agama, sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan terbentuk. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya. Isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga Negara Indonesia asli dengan keturunan lain. Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas tadi. 4..Integrasi Nasional Pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsure masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama. 5..Kesimpulan Menurut saya pertentangan sosial dan integrasi masyarakat yang terjadi di Indonesia merupakan hal yang tidak asing lagi. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya perbedaan kepentingan dan ideologi, pertumbuhan politik yang majemuk serta masalah-masalah territorial daerah yang cukup jauh. Pertentangan sosial akan mempengaruhi dan menyebabkan perselisihan di sebuah Negara karena akan berdampak kepada pembangunan ekonomi, dan sosial kemasyarakatan. Perlu mendapatkan perhatian dengan seksama, mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa atau masyarakat multi etnik. Agar tidak ada lagi sifat yg menimbulkan pro dan kontra antar sesama bangsa. Karena itu dapat mempengaruhi budaya dan moral bangsa serta masyarakat di negara kita ini. Selain itu akan menimbulkan konflik, prasangka dan diskriminasi terhadap masyarakat. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Jangan mudah mengambil keputusan tentang perilaku atau tindakan orang lain secara individual, karena setiap orang bisa kita diketahui setelah orang itu bertindak dan berprilaku. Agar tidak ada pikiran yang cenderung kepada diskriminastif atau mengurangi prasangka terhadap orang lain. Referensi Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

perbedaanperbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan adalah suatu hal yang lumrah yang sering terjadi di masyarakat. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.

ï»żWeb server is down Error code 521 2023-06-15 210928 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d7dcb5129020b85 ‱ Your IP ‱ Performance & security by Cloudflare
MakalahIlmu Sosial Dasar. Oleh : RADO HT SIMARMATA ( 55412873 ) 1IA13. PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DASAR. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI. UNIVERSITAS GUNADARMA. 2012. PERTENTANGAN SOSIAL dan INTEGRASI MASYARAKAT. A. Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat.

0% found this document useful 0 votes3 views26 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3 views26 pagesPertentangan Sosial Dan Integrasi MasyarakatJump to Page You are on page 1of 26 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 24 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

.
  • n31z49giuy.pages.dev/346
  • n31z49giuy.pages.dev/364
  • n31z49giuy.pages.dev/492
  • n31z49giuy.pages.dev/286
  • n31z49giuy.pages.dev/64
  • n31z49giuy.pages.dev/197
  • n31z49giuy.pages.dev/65
  • n31z49giuy.pages.dev/354
  • makalah pertentangan sosial dan integrasi masyarakat